Kisah Rambu Anggi, Si Gadis Penjual Sayur Keliling
Inspirasi Dari Nona Rambu, Penjual Saya dan Kayu Api Keliling Oe'ekam. Postingan pemilik akun FB Rambu Anggi sangat menyentuh dan menginspirasi. Postingan itu sudah disukai ribuan orang. Begini postingan Rambu Anggi gadis penjual sayur keliling Oeekam.
"Waktu saya SD, SMP, SMA setiap kali guru tanya cita cita saya pasti diam tidak jawab karna saya tau kondisi ekonomi tidak memungkinkan.
Saat SD- SMP Saya mulai mandiri, sepulang sekolah tidak tidur siang tapi saya harus jualan sayur dengan kayu api keliling komplek Oe'ekam. Uang dari hasil jualan saya kasih di Nenek buat kebutuhan rumah karna memang saya tinggal dengan nenek.
Rambu Anggi. Foto: FB Rambu Anggi |
Saat saya jualan dan tiap kali ada yang beli, dalam hati saya bilang, "semoga suatu saat saya bisa jadi pembeli kembali".
Kadang sayur yang saya jual tidak laku, saya pulang dengan air mata. Karna memang saya Anak Brokenhome.
Banyak orang yang selalu hina bilang saya ini anak ekor tidak mungkin jadi kepala. Hinaan itu buat saya semngat untuk tetap kuat dan berjuang. Selalu di pandang sebelah mata. Tetangga selalu omong saya, "bilang model ke dia yag mau kuliah?".
Selalu direndahkan juga dari orang , bilang: "dasar anak tidak ada bapak".
Di situ saya managis, saya juga tidak minta harus seperti itu, Tuhan sudah takdirkan.
Saat masuk SMA saya berhenti jual sayur dan kayu api karna mama ambil keputusan untuk kerja, jadi saya bisa bayar uang sekolah. Tamat SMA, mama tanya, :"Kakak mau kuliah?". Saya jawab: "ia mama, kaka mau, Tetapi saya tidak yakin". Mama langsung bilang Yakin kalau Tuhan selalu ada.
Akhirnya, pada Tahun 2017, saya datang ke Kediri untuk kuliah. Saat berangkat dari rumah, nenek menangis, karena saya harus jauh dari nenek. Ketika sampai di Kediri, mama tanya lagi, "mau kuliah jurusan apa". Saya bilang, Farmasi, tapi karna terlambat daftar ulang saya tidak lulus farmasi. Sempat pikiran dan nangis tapi mama bilang ambil yang lain saja akhirnya saya putuskan untuk ambil Bidan.
Saat kuliah juga banyak cobaan. Taulah kalau kos dan jauh dari keluarga, tapi saya tetap bertahan dan berjuang. Saya harus buktikan di orang-orang kalau saya juga bisa kuliah.
Akhirnya, tanggal 27 Oktober 2020 saya wisuda. Saat wisuda juga tidak ada yang dampingi. Mama telepon pagi-pagi kasih ucapan selamt, di saya itu hati ancur karna mama tidak bisa datang saya nangis. Mama bilang, jangn menangis nanti tidak cantik sementara mama sndiri nangis.
Puji Tuhan saya bisa dapat gelar Amd. Keb. Saya bisa buat mama, nenek dan keluarga bahagia. (Sumber: Rambu Anggi)